Home / Ragam Berita / Tak terima dituding memprovokasi, Yoppy Marwa balik pertanyakan ijazah cabup Sarmi nomor urut 2

Tak terima dituding memprovokasi, Yoppy Marwa balik pertanyakan ijazah cabup Sarmi nomor urut 2

Tokoh Pemuda Sarmi, Yoppy Marwa. (TIFAPOS/Vero)

TIFAPOS.id – Tim kuasa hukum pasangan calon bupati (cabup) Sarmi nomor urut 2 Yanni-Jemmi Esau Maban, melaporkan Yoppy Marwa ke Bawaslu karena dituding memprovokasi kampanye.

Tak terima dituding memprovokasi, Yoppy Marwa (tokoh pemuda) balik mempertanyakan ijazah cabup Sarmi nomor urut 2, karena tidak diserahkan ke KPU untuk verifikasi data paslon.

Pertanyaan itu ditujukan kepada Ketua Tim Advokasi paslon nomor urut 2, Yansen M. Simbolon, namun tidak dijawabnya.

“Kalau memang tidak mau serahkan ijazah, untuk apa mau maju bupati di Sarmi, itu sama saja tidak memenuhi syarat dan dianggap melakukan pelanggaran administrasi,” ujar Yoppy di Sarmi, Sabtu (19/10/2024).

Untuk itu, dengan tegas Yoppy mengatakan KPU Kabupaten Sarmi sebagai penyeleggara pilkada tidak bekerja secara integritas, begitupun dengan Bawaslu.

“Jika memang Bawaslu tidak menindaklanjuti secara tegas, maka saya akan melanjutkan laporan ini kepada Bawaslu Papua, agar ditindaklanjuti sehingga dapat melihat kinerja dari KPU dan Bawaslu Kabupaten Sarmi,” ujarnya.

Sebelumnya, Yoppy dituding telah memprovokasi kampanye Yanni-Jimmi di Kampung Keder Lama, Distrik Pantai Timur, Kabupaten Sarmi, Papua, Jumat (18/10/2024).

Yoppy mengungkapkan alasannya berada di lokasi kampanye tersebut sebagai warga, sehingga ia merasa punya hak untuk datang dan mendengar orasi politik dan visi misi dari paslon nomor urut 02.

“Saya bersama Dolfinus Wemey, kami berdua hadir di situ (lokasi kampanye) dan mendengarkan orasi politik dan visi misi dari paslon 02 atas nama Ibu Yanni dan Bapak Jimmi Maban,” ujarnya.

Dikatakannya, saat orasi politik sambil yel-yel pilih nomor urut 2, yang kemudian langsung diikuti masyarakat dengan mengangkat dua jari sambil berteriak pilih nomor urut 02, tapi ia mengangkat jari telunjuk.

“Hal itu membuat mereka merasa terganggu dan menilai tindakan saya ini beda dari yang lain. Sehingga mereka menganggap itu sebagai sesuatu yang mengganggu jalannya kampanye di tempat itu, dan saya diperlakukan dengan buruk,” ujarnya.

Tag:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *