Plt. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Jayapura, Rocky Bebena, S.Pd., M.Pd. (TIFAPOS/La Ramah)
TIFAPOS.id SPMB (Sistem Penerimaan Murid Baru) adalah proses seleksi yang digunakan oleh satuan pendidikan mulai jenjang SD s.d SMK untuk menerima calon siswa baru.
Siswa yang lulus pada jenjang masing-masing mengikuti SPMB Tahun Pelajaran 2025/2026 di wilayah Kota Jayapura untuk masuk ke sekolah negeri maupun swasta, yang jumlahnya mencapai 13.214 peserta didik pada Tahun Pelajaran 2024/2025.
Plt. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Jayapura, Rocky Bebena, S.Pd., M.Pd, menyarankan siswa agar tidak hanya fokus pada sekolah favorit, karena persaingan sangat ketat sehingga peluang diterima menjadi lebih kecil jika hanya mengincar sekolah tersebut.
Sekolah favorit bukan satu-satunya tempat untuk berkembang, siswa yang bersekolah di sekolah non-unggulan memiliki kemungkinan yang sama untuk melanjutkan studi dan mendapatkan pekerjaan berkualitas.
Fokus hanya pada sekolah favorit dapat membuat siswa stres dan kecewa jika gagal diterima, sementara membuka pilihan lain dapat mengurangi tekanan dan memperbesar peluang sukses.
Setiap siswa memiliki potensi, minat, dan motivasi yang berbeda, sehingga penting memilih sekolah yang sesuai dengan potensi dan minat agar pendidikan lebih efektif dan tujuan pendidikan tercapai.
Selain itu, sekolah favorit seringkali dipilih karena faktor eksternal seperti reputasi dan fasilitas, tapi kualitas belajar juga dipengaruhi oleh sikap dan motivasi siswa sendiri, bukan hanya nama sekolah.
“Siswa tidak hanya fokus pada sekolah favorit membantu mereka memilih secara realistis, mengasah potensi sesuai minat, dan mengurangi risiko kekecewaan dalam proses seleksi masuk perguruan tinggi,” ujar Rocky di Jayapura, Selasa (3/6/2025).
Dia juga mengatakan, risiko jika siswa hanya berorientasi pada sekolah favorit, yaitu perjalanan jauh dan jauh dari orang tua karena sekolah favorit sering berada di lokasi yang tidak dekat dengan rumah siswa.
Tekanan kompetisi yang tinggi sehingga siswa merasa tertekan dan eksklusif hanya bagi siswa yang memiliki nilai ujian tinggi.
Ketidakadilan sosial dan ekonomi, karena siswa dari keluarga kurang mampu sulit bersaing masuk sekolah favorit yang biasanya mahal dan selektif.
Munculnya stigma dan perundungan terhadap siswa dari sekolah non-favorit yang dianggap kurang berprestasi, sehingga menimbulkan kesenjangan sosial dan rasa minder.
Obsesi berlebihan dan biaya tambahan seperti bimbingan belajar yang memberatkan siswa dan keluarga demi masuk sekolah favorit.
Sekolah favorit bisa menjadi tempat ajang gengsi dan bukan fokus belajar, sehingga siswa lebih sibuk menunjukkan kehebatan daripada belajar sungguh-sungguh.
Ketimpangan kualitas pendidikan karena fokus pemerintah dan sumber daya lebih banyak ke sekolah favorit, sementara sekolah lain kurang mendapat perhatian.
Serta, praktik jual beli kursi dan pungli yang merugikan dan tidak adil dalam penerimaan siswa baru.
“Karena itu, disarankan siswa membuka pilihan sekolah lain agar peluang diterima lebih besar, mengurangi tekanan, dan mendapatkan pendidikan yang sesuai dengan potensi dan minat mereka tanpa terjebak stigma sekolah favorit semata,” ujar Rocky.
Manfaat lain dari tidak terlalu fokus pada sekolah favorit, lanjut Rocky, siswa dapat mengembangkan diri lebih luas tanpa tekanan berlebihan dari persaingan ketat di sekolah favorit, sehingga mental lebih sehat dan stres berkurang.
Memilih sekolah yang sesuai dengan minat dan kondisi pribadi memungkinkan siswa lebih nyaman dan termotivasi belajar, bukan hanya karena gengsi atau nama besar sekolah.
Siswa punya kesempatan untuk mengeksplorasi kemampuan non-akademik seperti komunikasi, berpikir kritis, dan kerja sama tim yang penting di dunia nyata.
Tidak kecewa berlebihan jika gagal masuk sekolah favorit, sehingga tetap semangat dan fokus pada pengembangan diri di sekolah lain yang juga berkualitas.
Bisa lebih dekat dengan keluarga dan lingkungan sekitar, yang mendukung keseimbangan hidup dan kualitas waktu bersama keluarga.
Mendorong siswa keluar dari zona nyaman dan mencari pengalaman baru yang memperluas wawasan dan mimpi masa depan.
“Dengan demikian, tidak hanya mengandalkan sekolah favorit, siswa dapat tumbuh dan berkembang secara lebih holistik dan berkelanjutan,” ujar Rocky.
Rocky berharap peran orang tua dalam membantu siswa memilih sekolah yang tepat, yaitu memahami kebutuhan dan minat anak agar pilihan sekolah sesuai dengan potensi dan karakter anak, bukan hanya berdasarkan keinginan orang tua semata.
Mengenal visi, misi, dan tujuan sekolah untuk memastikan kesesuaian dengan nilai dan harapan keluarga serta mendukung perkembangan anak secara menyeluruh.
Memilih sekolah dengan pendidik yang kompeten dan berakhlak baik, yang mampu bekerja sama dengan orang tua dalam memantau dan mendukung perkembangan belajar anak.
Komunikasi yang baik dengan anak untuk mengetahui kesulitan, keinginan, dan motivasi anak dalam belajar sehingga dapat memberikan dukungan emosional yang tepat.
Dukungan emosional dan motivasi agar anak merasa percaya diri dan termotivasi dalam proses belajar dan memilih sekolah.
Selain itu, ketersediaan fasilitas belajar dan lingkungan yang kondusif di rumah, serta mendampingi anak dalam belajar dan mengerjakan tugas sekolah.
Secara aktif melibatkan diri dalam proses pendidikan anak, termasuk konsultasi dengan guru dan sekolah untuk memastikan anak mendapatkan pendidikan yang terbaik.
“Peran aktif dan dukungan yang tepat dari orang tua sangat penting, siswa dapat lebih mudah menentukan pilihan sekolah yang sesuai dengan minat, bakat, dan kebutuhan mereka sehingga proses belajar menjadi lebih efektif dan menyenangkan,” ujar Rocky.
Dia juga berharap siswa memilih sekolah yang sesuai dengan minat mereka, yaitu kenali minat dan bakat diri sendiri dengan refleksi, misalnya bertanya pada diri sendiri apa yang disukai dan membuat puas saat dikerjakan, serta ikut ekstrakurikuler untuk eksplorasi minat lebih dalam.
Lakukan tes minat dan bakat untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang kecenderungan akademik dan non-akademik, sebagai panduan memilih program studi dan sekolah.
Pelajari kurikulum dan metode pembelajaran sekolah untuk memastikan sesuai dengan gaya belajar dan tujuan pendidikan siswa.
Kunjungi sekolah secara langsung untuk merasakan atmosfer, fasilitas, dan lingkungan belajar agar sesuai dengan kenyamanan dan kebutuhan siswa.
Libatkan orang tua dan guru dalam proses pengambilan keputusan agar mendapatkan masukan yang tepat dan dukungan.
Sesuaikan pilihan sekolah dengan tujuan masa depan, apakah ingin melanjutkan ke perguruan tinggi atau langsung bekerja, sehingga sekolah dan program studi mendukung rencana tersebut.
“Langkah-langkah ini, siswa dapat memilih sekolah yang tidak hanya sesuai minat dan bakat, tetapi juga mendukung perkembangan akademik dan karier mereka ke depan,” ujar Rocky.
Kesempatan tersebut, dikatakan Rocky, poin utama dalam SPMB Tahun Pelajaran 2025/2026 adalah jalur domisili, jalur afirmasi, jalur prestasi, dan jalur mutasi.
Dia juga menegaskan kepada operator dan kepala sekolah agar berkomunikasi dan bekerja sama secara efektif dalam mengelola data dan informasi pendaftaran siswa baru agar pelaksanaan SPMB berjalan transparan dan lancar.






