Home / Ragam Berita / Pengembangan desa wisata berbasis potensi lokal

Pengembangan desa wisata berbasis potensi lokal

Asisten III Bidang Administrasi Umum Setda Kota Jayapura Frederik Awarawi, SH., M.hum mewakili Wali Kota Jayapura, Abisai Rollo, S.H., M.H membuka kegiatan pelatihan perencanaan dan pembangunan desa wisata berbasis masyarakat dengan menabuh Tifa. (TIFAPOS/La Ramah)

 

Ringkasan Berita

• Fokus pada pengembangan sumber daya manusia dan kewirausahaan wisata, termasuk pengelolaan usaha mikro pariwisata dan promosi digital.

• Meningkatkan kesejahteraan penduduk, menjaga kearifan budaya, dan kelestarian lingkungan.

• Peserta dilatih mengenali konsep pembangunan yang tidak merusak ekosistem seperti pengelolaan sampah, konservasi air, dan penggunaan bahan lokal.

 

PEMERINTAH Kota Jayapura melalui Dinas Pariwisata menggelar pelatihan perencanaan dan pembangunan desa/kampung wisata berbasis masyarakat menjadi salah satu langkah strategis dalam mengembangkan potensi lokal secara berkelanjutan.

Kampung wisata yang dikembangkan bersama masyarakat tidak hanya meningkatkan kesejahteraan penduduk setempat tetapi juga menjaga kearifan budaya dan kelestarian lingkungan.

Pelatihan yang berlangsung di Ballroom Hotel Aston Jayapura, Kota Jayapura, Papua, Kamis, 16 Oktober 2025 dirancang untuk memberdayakan warga kampung agar mampu merencanakan dan mengelola objek wisata dengan prinsip partisipatif.

Masyarakat khususnya peserta pelatihan yang berjumlah 40 orang dari kelompok sadar wisata, aparat kampung, dan pengelola objek wisata, diajak untuk aktif terlibat dalam setiap tahapan mulai dari identifikasi potensi wisata, merancang produk wisata, hingga pengembangan infrastuktur pendukung.

Dengan begitu, pelatihan yang menghadirkan narasumber dari akademi/konsultan pariwisata, Dinas Pariwisata Kota Jayapura, dan Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Kampung, kampung wisata dapat berkembang yang mencerminkan karakter dan kebutuhan masyarakat setempat.

Pelatihan yang berlangsung dua hari dari tanggal 16 s.d 17 Oktober 2025, peserta diberikan pemahaman tentang pentingnya pengumpulan data dan analisis potensi desa secara mendalam.

Metode pengumpulan data seperti wawancara, observasi, dan fokus grup diskusi menjadi materi utama agar perencanaan wisata sesuai dengan kondisi riil desa.

Peserta juga belajar menyusun rencana strategis yang mencakup aspek sosial, ekonomi, budaya, dan lingkungan. Salah satu fokus penting adalah pembangunan infrastruktur kampung wisata yang ramah lingkungan dan mendukung keberlanjutan.

Peserta dilatih mengenali konsep pembangunan yang tidak merusak ekosistem, seperti pengelolaan sampah, konservasi air, dan penggunaan bahan lokal.

Pelatihan juga menekankan pentingnya pelibatan kaum muda dan perempuan sebagai penggerak utama perubahan positif dalam komunitas.

Selain itu, pengembangan sumber daya manusia dan kewirausahaan wisata menjadi bagian penting dalam pelatihan ini. Masyarakat diajarkan cara meningkatkan kualitas layanan, mengelola usaha mikro berbasis pariwisata, serta mempromosikan kampung wisata melalui media digital dan jaringan lokal.

“Keterampilan ini sangat penting untuk memastikan produk wisata dapat bersaing dan menarik minat wisatawan, baik domestik maupun mancanegara,” ujar Plt. Sekertaris Dispar Kota Kota Jayapura, Netty Kamawa, S.Pd mewakili Plt. Kadispar Kota Jayapura, Richard J. Nahumury, S.IP., M.Si.

Asisten III Bidang Administrasi Umum Setda Kota Jayapura Frederik Awarawi, SH., M.hum mewakili Wali Kota Jayapura, Abisai Rollo, S.H., M.H mengatakan, pelatihan perencanaan dan pembangunan kampung wisata berbasis masyarakat juga membangun jejaring kerja antara masyarakat desa, pemerintah daerah, dan pihak swasta.

Kolaborasi ini memperkuat dukungan dana, regulasi, dan pemasaran sehingga pengembangan desa wisata berjalan efektif dan berkesinambungan, sehingga kampung wisata tidak hanya menjadi destinasi pariwisata tetapi juga simbol kebangkitan ekonomi dan budaya lokal.

“Masyarakat yang mandiri dan terorganisir mampu menjaga warisan alam dan budaya, sekaligus meningkatkan kualitas hidup melalui sektor pariwisata,” ujar Awarawi.

“Desa wisata berbasis masyarakat terbukti sebagai model pembangunan yang inklusif, berkelanjutan, dan memberikan manfaat luas bagi seluruh pemangku kepentingan,” sambungnya.

 

(ldr)

Tag:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *