Naskah kuno Kota Jayapura yang didokumentasikan. (TIFAPOS/Ist).
TIFAPOS.id Pendokumentasian naskah kuno di Kota Jayapura, Papua, dilakukan oleh Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Daerah, dengan penelusuran dan koordinasi untuk menemukan naskah kuno yang tersebar di masyarakat melalui berbagai tulisan yang diaplikasi kayu maupun batu.
Hal itu disampaikan Sekretaris Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Daerah Kota Jayapura, Erix Merauje di Kantor Wali Kota Jayapura, Rabu (7/5/2025).
Ia juga mengatakan, upaya pendokumentasian melalui inventarisasi dan identifikasi naskah yang ditemukan, termasuk verifikasi keaslian dan isi naskah, serta pencatatan data secara sistematis.
Sosialisasi kepada masyarakat untuk meningkatkan kesadaran dan partisipasi dalam pelestarian, termasuk mengajak warga melaporkan keberadaan naskah kuno yang mereka miliki agar dapat didokumentasikan dan dilestarikan.
Pengalihan aksara dan pengeditan naskah, seperti yang dilakukan pada Naskah Babad Banyuurip, untuk memudahkan pemahaman dan akses informasi.
Pemanfaatan teknologi digital sebagai bagian dari pelestarian agar naskah tidak mudah rusak dan dapat diakses lebih luas, sekaligus mendukung pengelolaan koleksi.
Kerjasama lintas instansi seperti Dinas Pendidikan dan Kebudayaan untuk memperkuat upaya pelestarian dan pemajuan kebudayaan daerah.
Pendokumentasian ini bertujuan menjaga nilai sejarah dan budaya agar tidak hilang, serta memperluas pengetahuan masyarakat tentang warisan leluhur di Kota Jayapura.
Ia juga meminta agar masyarakat berperan aktif dalam melaporkan dan merawat naskah kuno yang dimiliki sebagai bagian dari tanggung jawab bersama.
“Proses pendokumentasian naskah kuno di Kota Jayapura melibatkan penemuan, identifikasi, sosialisasi, pengalihan aksara, digitalisasi, dan kolaborasi antar lembaga serta partisipasi aktif masyarakat,” ujar Merauje.

Ia juga mengatakan, pendokumentasian naskah kuno dan koleksi langka merupakan upaya penting dalam pelestarian budaya, seperti menyalin, menerjemahkan, dan menerbitkan naskah kuno agar informasi dan nilai budaya yang terkandung dapat diakses lebih luas tanpa merusak fisik asli naskah.
Konservasi fisik meliputi perawatan seperti fumigasi, restorasi, dan penyimpanan di lingkungan yang terkendali untuk mencegah kerusakan akibat kelembapan, hama, dan faktor lingkungan lain.
Digitalisasi menjadi metode modern untuk melestarikan isi naskah dengan membuat salinan digital yang dapat disimpan dalam bentuk softfile, sehingga memudahkan akses sekaligus mengurangi risiko kerusakan fisik.
Pengelolaan koleksi langka di perpustakaan meliputi pengadaan, pengolahan, penyimpanan, dan pelayanan yang terorganisir, termasuk penyusunan kebijakan pelestarian dan pelatihan staf agar koleksi dapat dimanfaatkan secara optimal oleh peneliti dan masyarakat.
Selain itu, edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat juga penting untuk meningkatkan kesadaran akan nilai dan pentingnya pelestarian naskah kuno sebagai warisan budaya bangsa.
Pelestarian ini juga didukung oleh regulasi seperti UU No. 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan dan UU No. 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan.
“Upaya tersebut bertujuan menyelamatkan nilai informasi dan fisik naskah kuno sebagai sumber daya kultural dan intelektual, menjaga keberlanjutan warisan budaya, serta mendukung identitas bangsa,” ujar Merauje.

Kesempatan tersebut, dikatakan Merauje, langkah-langkah yang diambil untuk memelihara naskah, yaitu menjaga kondisi lingkungan penyimpanan dengan mengatur suhu (16-20°C), kelembapan (40-55%), pencahayaan yang tidak langsung, serta kebersihan ruang dan pengawasan hama untuk mencegah kerusakan fisik.
Membersihkan naskah dari debu dan kotoran, melakukan fumigasi, melapisi lembaran yang rentan dengan kertas khusus, dan menyimpan naskah dalam kotak bebas asam untuk mengurangi keasaman tinta yang dapat merusak kertas.
Memperbaiki kerusakan seperti robekan atau patah dengan bahan arsip khusus, menambal bagian yang rusak, dan mengembalikan kekokohan fisik naskah sesuai jenis kerusakannya.
Membuat salinan digital atau mikrofilm untuk melindungi isi naskah dari risiko kerusakan fisik sekaligus memudahkan akses dan penelitian tanpa merusak naskah asli.
Katalogisasi dan pengaturan penyimpanan yang sistematis di perpustakaan atau museum agar naskah mudah ditemukan dan terlindungi, dan melibatkan masyarakat dan komunitas adat dalam pelestarian serta meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga warisan budaya.
“Langkah-langkah ini bertujuan menjaga keutuhan fisik dan informasi naskah kuno agar tetap lestari dan dapat dimanfaatkan oleh generasi mendatang,” ujar Merauje.
Ia juga mengatakan, peran masyarakat dalam pelestarian naskah kuno sangat penting dan dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung.
Peran langsung masyarakat meliputi menjaga naskah kuno yang ada di sekitar mereka, membersihkan debu dan kotoran, menyimpan naskah dengan baik, serta menyerahkan naskah tersebut ke pihak berwenang atau negara untuk penanganan lebih lanjut.
Masyarakat juga bisa melakukan pelestarian preventif dengan menjaga kondisi fisik naskah agar terhindar dari serangan hama dan kerusakan lingkungan, serta pelestarian kuratif seperti digitalisasi dan katalogisasi naskah.
Peran tidak langsung berupa penyebarluasan informasi dan peningkatan kesadaran akan pentingnya pelestarian naskah kuno kepada masyarakat luas, sehingga tercipta budaya peduli dan tanggap terhadap nilai sejarah dan budaya yang terkandung dalam naskah tersebut.
Selain itu, sosialisasi dan edukasi yang melibatkan masyarakat, komunitas sejarah, dan pemerintah sangat membantu meningkatkan partisipasi aktif masyarakat dalam pelestarian naskah kuno.
Masyarakat berperan sebagai pelindung dan penyebar nilai budaya naskah kuno, sekaligus sebagai mitra pemerintah dalam menjaga keberlangsungan warisan budaya bangsa khususnya di Kota Jayapura.
“Hambatan yang sering dihadapi adalah kurangnya pengetahuan, dana, dan peralatan, sehingga dukungan pemerintah dalam bentuk pelatihan dan pendanaan sangat dibutuhkan,” ujar Merauje.

Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Daerah Kota Jayapura, Septinus Ireeuw, S.Sos, mengatakan cara mengedukasi generasi muda tentang pentingnya naskah kuno yaitu menanamkan kesadaran akan isi dan nilai naskah kuno.
Salah satunya dengan menyebarkan hasil penelitian dalam bentuk yang mudah dipahami, seperti buku populer, komik, atau film animasi yang menarik bagi anak-anak dan remaja.
Integrasikan pembelajaran bahasa dan aksara kuno ke dalam kurikulum muatan lokal atau mata kuliah di perguruan tinggi agar generasi muda dapat mengenal dan memahami naskah secara langsung.
Pemanfaatan media digital dan platform populer seperti YouTube atau TikTok untuk mengemas pesan dan kata-kata mutiara dari naskah kuno dalam format yang mudah diakses dan menarik bagi milenial.
Seminar, sosialisasi, dan kegiatan literasi di sekolah, perpustakaan, dan komunitas untuk memperkenalkan naskah kuno sebagai warisan budaya yang kaya informasi dan relevan dengan identitas bangsa.
Bekerja sama dengan industri kreatif dengan mengadaptasi isi dan ilustrasi naskah kuno ke produk fashion, makanan, atau media hiburan agar nilai budaya ini lebih dekat dengan kehidupan sehari-hari generasi muda.
Mendorong partisipasi aktif generasi muda dalam pelestarian, seperti melaporkan keberadaan naskah kuno, ikut dalam kegiatan digitalisasi, dan mempromosikan naskah kuno di lingkungan mereka.
“Dengan pendekatan yang kreatif dan interaktif ini, generasi muda dapat lebih mudah memahami dan menghargai pentingnya naskah kuno sebagai sumber sejarah, budaya, dan literasi bangsa,” ujar Ireeuw.






