Home / Opini / Mengapa TikTok berbahaya?

Mengapa TikTok berbahaya?

Oleh: Miss Dinophile

TIFAPOS.id Dia suka banget nonton TikTok sampe ketiduran, tiada hari tanpa tiktok udah kaya pasangan hidup.

Waktu saya kelas 1 SMA saya melihat beberapa hasil tes IQ teman saya, ternyata banyak sekali yang Low Average bahkan Borderline. Dan, mereka adalah pengguna setia TikTok.

Berikut beberapa dampak buruk dari TikTok yang saya lihat dari mereka:

Sangat kesulitan saat ada pertanyaan: Menurut pendapatmu?/tuliskan pendapatmu?. Padahal tinggal jawab saja sesuai pendapat pribadi, tapi mereka sangat kesulitan sampai sampai jawaban mereka melihat dari ChatGPT.

Sulit fokus saat menonton video panjang: Bahkan video 5 menit saja banyak di skip gimana kalo mereka nonton video dokumenter yang 40 menit keatas.

Gak bisa kontrol mulut: Ada saja bahasa mesum “kekinian” dari TikTok yang mereka ucapkan dengan bangga. Bahkan saudara saya yang masih 8 tahun sudah berani mengucapkan itu dengan bangga di depan saya dan saudara lainnya, dia bilang tau dari TikTok.

Gampang menghakimi orang lain: Saya juga dapat cerita dari ibunda saudara saya bahwa anaknya sudah berani menyalahkannya karena anaknya bilang “bunda gak boleh marah-marah, liat tuh parenting di TikTok” padahal saya tahu sang bunda ini tipe ibu yang tidak bisa marah, malah anaknya yang brutal memukuli bundanya dan bundanya hanya pasrah sambil bicara sedikit tegas.

Lanjut ke teman SMA: Kesulitan dalam membaca teks beberapa paragraf. Mereka bilang ‘puyeng banget’ lah.

Buruk saat presentasi: Padahal baca teks loh, tapi mereka masih terbata-bata, banyak pengulangan kalimat, banyak bicara eeeeeeeeeeee emmmmm.

Tidak terima jika dikritik: Ini sering banget terjadi setelah selesai presentasi. Ada 1 guru ekonomi yang suka memberi kritik dan saran untuk power point mereka. Dan, anda tahu apa yang mereka katakan saat guru itu pergi? “Anj*ng lah tuh guru nyusahin aja” “iya emang b*bi tuh guru” ” kritik aja terus bu, semoga besok mati” “emang ngent*t tuh guru” jadi serba salah. Guru yang kompeten mengajar malah dibenci, sedangkan guru yang banyak jamkos dicintai.

Serba instan: Disuruh nonton video materi pembelajaran yang 5-10 menit, langsung copas link trus ke chatgpt suruh rangkumin, bikin materi presentasi langsung copas dari ChatGPT (tanpa ada referensi lain). Bahkan saat ada guru yang minta saran muridnya secara pribadi (masing2 siswa nulis dikertas) terkait apa yang mereka mau pelajari, kritik dan saran untuk guru tersebut para murid malah bingung, dan copas ChatGPT lagi.

Eh bikin ini yuk: Yap, benar pikiran mereka penuh dengan apa yang lagi trend di TikTok, dance yang viral, sound yang viral, parodi yang viral, jeje yang viral. Sampai tugas sekolah mereka tertumpuk.

Eh beli ini yuk: Lucu, bahkan mereka bilang sendiri “eh saya keracunan barang ini loh, mau beli ah” dan mereka rela menghabiskan uang jajan bulanan (beberapa teman saya ada yang dikasih uang jajan bulanan) untuk hal yang tidak terlalu penting. Bahkan yang jajannya harian juga rela nabung buat barang kaya gituan. Akhirnya apa? Waktu akhir bulan mereka tantrum/teriak teriak di kelas “anj*ng uang gue abis cok” dan semua bahasa kasar keluar.

 

 

(Penulis adalah pengguna media sosial yang aktif menuliskan opininya di Quora)

 

(lrh/sumber: Qoura)

Tag:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *