Home / Ragam Berita / “Kristal Plasma” tidak dikenal dalam ilmu geologi dan mineralogi

“Kristal Plasma” tidak dikenal dalam ilmu geologi dan mineralogi

Logo Ikatan Ahli Geologi Indonesia. (TIFAPOS/Wikipedia)

 

IKATAN Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Pengurus Daerah Papua, mengklarifikasi terkait informasi potensi sumberdaya mineral yang disebut sebagai “Kristal Plasma”.

Dalam rilisnya di Jayapura, Senin, 8 September 2025, informasi potensi sumberdaya mineral yang telah beredar di platform Youtube dan TikTok, disebut tidak dikenal dalam
ilmu geologi dan mineralogi.

“Penyebutan “Kristal Plasma Alami” bukan merupakan penyebutan yang umum dalam penamaan mineral,” ujar Ketua Ikatan IAGI Pengda Papua/Pusat Studi Sumber Daya Geologi Universitas Cenderawasih Jayapura, Marcelino Yonas, M. Eng.

“Dalam literatur ilmiah standar (misalnya Dana’s System of Mineralogy, Rocks and Mineral by Simon Schusters dsb), tidak ada istilah resmi “Kristal Plasma”, sambungannya.

Penyebutan riset Tim Geologi dari Universitas Cenderawasih yang melakukan survey geoteknik di wilayah Kabupaten Pegunungan Bintang pada pertengahan Juli 2025 tidak pernah dilakukan.

Oknum dosen sebagai tim leader atas nama Prof. Yohanes Waran tidak pernah tercatat sebagai dosen Teknik Geologi Universitas Cenderawasih.

Hal ini dapat dibuktikan dengan pangkalan data Pendidikan tinggi (PDDIKTI) dosen di Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi (kemendiktisaintek).

Dalam riset tersebut disejajarkan sebuah kristal menyimpan “Energi Abadi” masuk ke ranah metafisika atau pseudoscience dan tidak dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

Beberapa mineral memang memiliki sifat fisik yang dapat diukur dan digunakan dalam teknologi, seperti kuarsa turmalin grafit, tembaga, emas. Namun, sifat-sifat ini berbeda jauh dari klaim “Energi Besar Mistis”.

“Klaim semacam ini memiliki risiko menyebarkan misinformasi dan ketakutan yang tidak perlu khususnya di tanah Papua,” ujar Marcelino.

Selain itu, menurunkan literasi sains masyarakat dengan mencampurkan istilah ilmiah dan mistis secara keliru, menimbulkan harapan palsu terkait potensi energi yang tidak realistis.

Mengaburkan fakta ilmiah sehingga masyarakat kesulitan membedakan informasi valid dengan hoaks, dan menyebabkan kerugian ekonomi dan kepercayaan, bila klaim semacam ini dijadikan dasar investasi atau kebijakan.

Untuk itu, IAIG Pengda Papua mengingatkan akun-akun Youtube (“inspirasi news”, “bangris09”, “Explore Tako”, “Jemi Lontaan”, TikTok (herry.msiren).

Serta media social lainnya serta masyarakat umum memperkuat literasi sains, agar tidak menggunakan istilah dan klaim yang tidak memiliki dasar ilmiah dan dapat menyesatkan khususnya di tanah Papua.

Jika menyampaikan konten, disarankan untuk menambahkan catatan bahwa sifat-sifat tersebut adalah klaim metafisik, bukan fakta geologi.

Mengecek ulang informasi sebelum dibagikan, terutama yang bersifat “Energi Mistis” agar masyarakat lebih bijak dalam menanggapi informasi yang ada di dunia maya.

“Apalagi jika video tersebut dibuat dengan menggunakan teknologi kecerdasan buatan (Al) yang dapat berpotensi menjadi bias/misinformasi di masyarakat seperti yang terjadi saat ini,” ujar Marcelino.

 

(lrh)

Tag:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *