Home / Opini / Jumat Berkah: Wadah menumbuhkan moderasi beragama untuk generasi emas praktik baik di SDIT Qurrota A’yun Abepura Kota Jayapura

Jumat Berkah: Wadah menumbuhkan moderasi beragama untuk generasi emas praktik baik di SDIT Qurrota A’yun Abepura Kota Jayapura

Mahasiswa Program Magister Manajemen Pendidikan FKIP Universitas Cenderawasih Jayapura, Puji Rinawati. (TIFAPOS/Ist)

Oleh : Puji Rinawati

TIFAPOS.id  Visi Emas Bangsa Indonesia 2045 merupakan cita-cita besar untuk menjadikan Indonesia sebagai negara yang maju, berdaulat, dan berkelanjutan.

Untuk mencapai visi ini, membutuhkan upaya bersama dari semua pihak, termasuk pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha, untuk membangun fondasi yang kokoh dan mempersiapkan generasi sejak usia dini yang unggul dan siap menghadapi tantangan masa depan.

Dalam Undang-Undang RPJPN 2025-2045 dan penyampaian dari Dr. Ali Mochtar
Ngabalin, seorang pakar dan tokoh masyarakat, bahwa moderasi beragama penting untuk terwujudnya Indonesia Emas 2045.

Moderasi beragama menjadi sangat krusial mengingat kemajemukan yang ada di Indonesia. Dalam menumbuhkan pemahaman moderasi beragama bukan hanya pada satu lingkup agama melainkan keseluruhan agama yang ada di Indonesia.

Beliau juga menekankan bahwa pendidikan dalam rangka menanamkan serta menumbuhkan nilai-nilai moderasi dan toleransi beragama sejak dini adalah dasar
utama untuk membentuk masyarakat yang damai dengan tetap menghormati perbedaan.

Moderasi beragama merupakan pandangan, pola pikir dan praktik beragama yang
mengambil jalan tengah dari dua sikap yang berlebihan sehinnga tidak ada yang dominan.

Moderasi beragama adalah cara seseorang dalam mengimplementasikan ajaran agamanya sebagai salah satu alternatif untuk mencegah timbul konflik antar agama dan masyarakat.

Apabila konflik terus dibiarkan dapat mempertajam sentiment antar masyarakat,
bangsa menjadi terkotak-kotak antara si kaya dan si miskin, timbulnya diskriminasi di
segala bidang dan menurunnya rasa empati, rasa kekeluargaan serta persatuan.

Adapun nilai-nilai moderasi beragama dan karakternya, yaitu Adil dan Konsisten atau i‘tidal. Adapun nilai karakternya yaitu jujur, tanggung jawab, kerja keras, proporsional, anti korupsi, berbudaya dan peduli lingkungan.

Kesetaraan, dan non diskriminasi atau
musawah. Adapun nilai karakternya yaitu perspektif gender, peduli sosial, dan menghargai orang lain.

Toleran atau tasamuh. Adapun nilai karakternya yaitu sikap terbuka, cinta damai, menghargai keberagaman, bersaudara atas dasar agama, kemanusiaan, dan sesama warga negara.

Dinamis, Kreatif, dan Inovatif atau tatawwur wa ibtiqar. Adapun nilai karakternya yaitu kreatif, mandiri, berpikiran terbuka, bernalar kritis, dan berjiwa kompetitif.

Dalam berbagai amatan, belum semua pihak berperanserta dalam menumbuhkan
moderasi beragama. Orang tua sebagai pendidik yang pertama dan utama belum
maksimal dalam mempersiapkan anak-anak mereka dengan baik.

Demikian juga lingkungan sekolah lebih cenderung memperioritaskan kemampuan akademik, padahal yang dibutuhkan dalam generasi emas yang berdaya saing itu tidak cukup hanya kemampuan akamik semata, tetapi kemampuan yang komprehensif yang
mengintegrasikan sejumlah karakter dan kepekaan sosial.

Menindaklanjuti cita-cita luhur generasi emas di atas, maka SDIT Qurrota A’yun Abepura Kota Jayapura merupakan salah satu sekolah jenjang SD berstatus swasta mengembangkan berbagai program dan kegiatan, diantaranya “Jumat Berkah”.

Berkaitan dengan tradisi keagamaan dalam Islam dan konsep keberkahan yang memiliki
makna penting dalam membantu anak memahami norma kehidupan, meningkatkan
keimanan dan ketaqwaan, serta menanamkan nilai-nilai positif sejak dini.

Selain itu menumbuhkan karakter jujur, tanggung jawab, kerja keras, peduli sosial, gotong royong, cinta damai, menghargai keberagaman, dan dinamis.

Sekolah yang terletak di pemukiman warga Kelurahan Yobe, Distrik Abepura, Kota
Jayapura, Provinsi Papua ini, memiliki kegiatan yang sejalan dengan tujuan pemerintah, yaitu melalui “Jumat Berkah” yang dapat menumbuhkan nilai karakter jujur, tanggung jawab, kerja keras, peduli sosial, gotong royong, cinta damai, menghargai keberagaman, dan dinamis.

Orang tua siswa di SDIT Qurrota A’yun Abepura, H. TY (inisial) menyampaikan bahwa “Jumat Berkah” dapat menumbuhkan nilai-nilai dan karakter baik pada anak. Selain itu, anak akan lebih menghargai perbedaan di sekitarnya.

“Jumat Berkah” memiliki tiga tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Jumat Berkah dimulai dari perencanaan berupa penjadwalan kegiatan yang dilakukan setiap satu kali dalam satu bulan.

Kemudian pihak sekolah memberiankan informasi kepada orang tua siswa untuk dapat berpartisipasi menitipkan sembako beras, minyak goreng, gula, tepung terigu, telur, susu, sirup, mie instan, beraneka macam kue, pakaian layak pakai.

Para siswa didampingi guru-guru mengemas aneka ragam sembako menjadi paket
bingkisan yang dibagikan ke rumah-rumah warga di empat lokasi sekitar sekolah.

Siswa ada yang bertugas berbagi bingkisan ke lokasi depan sekolah, ada yang berbagi di
belakang sekolah, dan ada juga yang berbagi di samping kanan serta kiri sekolah.

Siswa melakukan pembagian tanpa membedakan sosial, budaya, bahasa, ras, suku, bahasa dan agama penerima bingkisan.

Kepala sekolah dalam kapasitasnya sebagai pemimpin pembelajaran karakter melakukan
monitoring dan evaluasi untuk mengetahui progres kegiatan serta masalah dan hambatan, yang kemudian akan mencari solusi bersama-sama.

Masalah dan hambatan yang dijumpai, yaitu informasi terkait pelaksanaan kegiatan yang tidak sampai ke orang tua siswa serta pembagian bingkisan tidak sesuai area.

Dari penemuan tersebut SDIT Qurrota A’yun
Abepura akan semakin berkomitmen untuk lebih aktif menjalin komunikasi dan
menggalakkan “Jumat Berkah”.

Dengan begitu dapat menumbuhkan karakter siswa yang jujur, tanggung jawab, kerja keras, peduli sosial, gotong royong, cinta damai, menghargai keberagaman, dan dinamis, serta memperluas relasi sosial, banyak masyarakan yang terbantu, dan tercipta suasana yang harmonis di berbagai unsur.

Ketua majlis taklim ibu-ibu Masjid Al-Barakah Abepura, NH (inisial) menyampaikan kegiatan “Jumat Berkah” berjalan dengan baik, dengan harapan terus dilanjutkan, agar semakin banyak masyarakat yang terbantu.

Khususnya atau diutamakan terlebih dahulu yaitu masyarakat yang ada di sekitar sekolah dan kedepannya dapat lebih luas jangkauannya dan merata tanpa membeda-bedakan suku, etnis, agama, golongan.

“Jumat Berkah” yang ada di lingkungan rumah dan lingkungan sekolah dapat dikatakan berhasil dalam menumbuhkan karakter baik pada anak usia dini.

Dengan adanya sekolah yang sudah berhasil menumbuhkan nilai-nilai dan karakter yang ada pada konsep moderasi beragama, diharapkan kedepannya akan banyak sekolah-sekolah yang mengadopsi program dan kegiatan “Jumat Berkah” yang ada di SDIT Qurrota A’yun Abepura untuk diimplementasikan di sekolah-sekolah yang lain.

Menumbuhkan karakter pada anak usia dini dapat dimulai dari dalam lingkungan keluarga, diantaranya pembiasaan dari orang tua kepada anaknya untuk berbagi uang atau pakaian layak pakai untuk korban bencana alam, ataupun sekedar berbagi sepiring nasi kepada tetangga yang membutuhkan tanpa memandang perbedaan sosial, budaya, bahasa, ras, suku dan agama.

Dalam hal berbagi Si Kaya belum tentu memiliki kesadaran tinggi untuk berbagi. Namun, bisa jadi “si miskin” dengan keterbatasan yang ada lebih tergerak hatinya untuk berbagi dan menolong orang lain.

“Jumat Berkah” yang diadakan di sekolah juga dapat menjadi solusi bagi orang tua. Mengingat seringkali orang tua siswa memiliki rutinitas yang padat, sehingga orang tua siswa dapat menitipkan rezki kepada sekolah, kemudian pihak sekolah akan menyalurkan kepada masyarakat disekitar sekolah.

Semakin banyak sekolah yang mengimplementasikan Jumat Berkah, maka semakin banyak karakter-karakter baik anak bangsa yang terbentuk mulai dari usia dini.

Adanya sinergi dari semua unsur baik itu pemerintahan, masyarakat, sekolah yang terdiri dari kepala sekolah, guru, staf, siswa, dan orang tua siswa maka akan lebih mudah dalam mewujudkan cita-cita bangsa yaitu Indonesia emas di tahun 2045.

Hal ini sesuai dengan semboyan ”Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing” yang bermakna mendukung dimensi gotong royong dalam kurikulum merdeka. Apapun tugas atau beban yang dikerjakan bersama-sama akan lebih terasa ringan dan mudah diatasi.

 

(Penulis sebagai guru di SDIT Qurrota A’yun Abepura, saat ini sedang melanjutkan pendidikan pada program studi Magister Manajemen Pendidikan FKIP Universitas Cenderawasih)

Tag:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *