Kakankemenag Kota Jayapura, Hj. Ani Matdoan, S.Ag, M.M foto bersama kolega dalam acara halalbihalal 1446 Hijriah/2025 Masehi. (TIFAPOS/La Ramah)
TIFAPOS.id Keluarga Besar Kantor Kementerian Agama Kota Jayapura menggelar halalbihalal 1446 Hijriah/2025 Masehi, dengan tema ‘Merajut kebersamaan, mempererat silaturahmi wujudkan harmoni dalam kehidupan’.
Kegiatan ini berlangsung di halaman Kantor Kemenag Kota Jayapura, Rabu (30/4/2025), yang rutin diadakan sebagai simbol saling memaafkan dan mempererat hubungan antar ASN Kemenag, pemerintah, dan masyarakat.
Dalam sambutannya, Kakankemenag Kota Jayapura, Hj. Ani Matdoan, S.Ag, M.M, mengatakan menjadi momentum untuk mensyukuri kedamaian dan menguatkan komitmen dalam pelayanan.
Ia juga mengatakan, halalbihalal adalah tradisi khas Indonesia yang dilakukan setelah menunaikan ibadah puasa Ramadan, khususnya saat Idulfitri, dengan tujuan saling bermaafan atas kesalahan atau kekhilafan di masa lalu serta mempererat silaturahmi antar sesama.
“Halalbihalal adalah tradisi saling memaafkan dan mempererat hubungan sosial setelah Ramadan, yang menjadi bagian penting dari perayaan Idulfitri di Indonesia terutama di Kota Jayapura,” ujar Ani.

Ia juga mengatakan, istilah halalbihalal berasal dari kata Arab “halal” yang berarti diizinkan atau sah, dan “bi” yang berarti “dengan”, namun tradisi ini merupakan budaya asli Indonesia yang tidak ditemukan di negara lain.
Makna halalbihalal juga mencakup aspek hukum Islam (fiqih), yaitu mengubah kondisi yang tadinya haram atau berdosa menjadi halal dan tidak berdosa lagi setelah saling memaafkan.
Selain itu, halalbihalal berfungsi sebagai media refleksi dan rekonsiliasi yang menumbuhkan empati, toleransi, dan rasa saling menghormati dalam keluarga, sehingga solidaritas dan keharmonisan keluarga semakin kokoh.
“Dengan saling memaafkan, hati menjadi lapang dan hubungan kekeluargaan menjadi lebih erat, menjadikan halalbihalal bukan sekadar formalitas, melainkan momentum bermakna untuk memperbaiki dan memperkuat hubungan keluarga terutama di Kemenag Kota Jayapura,” ujar Ani.
Kesempatan tersebut, ia juga mengatakan menguatkan kerja sama dengan instansi terkait dalam pembinaan umat melalui penyuluh agama.
Kakanwil Kemenag Papua, Pdt. Klemens Taran, S.Ag, melalui Kabag TU Kanwil Kemenag Papua, Dr. H. Abdul Hafid Jusuf, S.Ag., M.M, menyampaikan delapan program prioritas Kementerian Agama (Kemenag) periode 2025-2029, yang dikenal sebagai Asta Protas Kemenag Berdampak.
Diantaranya, meningkatkan kerukunan dan cinta kemanusiaan, penguatan ekoteologi, layanan keagamaan berdampak, mewujudkan pendidikan unggul, ramah, dan terintegrasi, pemberdayaan pesantren, pemberdayaan ekonomi umat, sukses haji, digitalisasi tata kelola.
“Program ini bertujuan memberikan dampak langsung bagi masyarakat dan mendukung penyelesaian Asta Cita serta 17 program prioritas Presiden dan Wakil Presiden Indonesia untuk periode 2025-2029,” ujar Jusuf.

Kesempatan tersebut, ia mengajak masyarakat terutama peserta halalbihalal Kemenag Kota Jayapura untuk mempererat silaturahmi dengan harapan kenyamanan, kedamaian, dan kesejahteraan tercipta.
Asisten II Setda Kota Jayapura Bidang Pembangunan dan Kesra, Ir. B. Widhi Hartanti mewakili Wali Kota Jayapura, Abisai Rollo, S.H., M.H, mengatakan tradisi halalbihalal kegiatan positif sebagai momentum saling membersihkan diri dengan saling memaafkan.
Ia juga mengatakan, melalui halalbihalal ini, setiap orang diajak untuk ikhlas meminta dan memberi maaf, sehingga hati menjadi lebih bersih dari dendam dan kesalahan masa lalu.
Halalbihalal juga memperkuat tali silaturahmi, mempererat hubungan yang mungkin sempat renggang, serta membangun suasana kebersamaan dan keharmonisan dalam keluarga, lingkungan kerja, maupun masyarakat luas.
Selain itu, tradisi ini mendorong tumbuhnya sikap positif seperti kejujuran, kepedulian, dan semangat berbagi, sehingga tercipta lingkungan sosial yang lebih harmonis dan produktif.
“Halalbihalal bukan hanya seremonial, tetapi menjadi momen penting untuk memperbaiki hubungan antarsesama, membangun kesadaran baru, dan kembali pada fitrah kemanusiaan yang suci,” ujar Widhi.
Kesempatan tersebut, Widhi mengajak masyarakat khususnya peserta halalbihalal untuk mendukung program dan kegiatan Pemerintah Kota Jayapura, salah satunya menjaga kebersihan dengan tidak membuang sampah sembarangan.

Penceramah ustad Dr. Amirullah, M.Ag, mengatakan halalbihalal hanya dilakukan setelah Idulfitri karena tradisi ini muncul sebagai momen untuk saling memaafkan, sekaligus mempererat silaturahmi dalam suasana sukacita Idulfitri.
Idulfitri menjadi waktu yang tepat karena menandai berakhirnya bulan puasa Ramadan dan saat umat Islam merayakan kemenangan dengan hati yang bersih dari dosa dan permusuhan.
Ia juga mengatakan, sejarah halalbihalal di Indonesia mulai populer sebagai cara rekonsiliasi dan memperkuat persatuan setelah Ramadan, terutama pada masa kemerdekaan terutama pada tahun 1948, ketika Bung Karno dan KH. Wahab Chasbullah mengusulkan acara ini untuk menyatukan para tokoh politik yang sedang berselisih.
Halalbihalal bukan tradisi yang ditemukan di negara Islam lain, melainkan khas Indonesia, sehingga waktunya melekat erat dengan Idulfitri sebagai penanda berakhirnya bulan puasa dan awal kebersamaan baru tanpa dosa dan permusuhan.
“Halalbihalal dilakukan setelah Idulfitri karena momen tersebut adalah waktu yang tepat untuk saling memaafkan dan memperbaharui hubungan sosial setelah sebulan penuh berpuasa dan introspeksi diri,” ujar Amirullah, yang sehari-harinya menjabat Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan, Penelitian, dan Inovasi IAIN Fattahul Muluk Papua.






