Kakankemenag Kota Jayapura, Hj. Ani Matdoan, S.Ag., M.M bersama kolega menanam pohon Matoa di gereja dan masjid. (TIFAPOS/La Ramah)
TIFAPOS.id Kementerian Agama (Kemenag) Kota Jayapura mendukung program Asta Cita Presiden Prabowo Subianto dengan menanam bibit pohon Matoa, Jumat (23/5/2025).
Gerakan ini merupakan bagian dari program prioritas Kemenag, yaitu Ekoteologi, yang bertujuan meningkatkan kesadaran ekologis berbasis nilai-nilai agama dan menciptakan lingkungan hidup yang lebih hijau.
Kesempatan tersebut melibatkan tim dari penyuluh agama, penghulu, dan pejabat di lingkungan Kemenag Kota Jayapura dalam penanaman pohon ini.
Penanaman ini dilakukan di berbagai tempat strategis seperti masjid, gereja, dan kantor Kemenag, untuk memperkuat nilai persatuan dan kolaborasi lintas agama dan budaya dalam merawat bumi.
Penanaman pohon ini juga mendapat dukungan dari berbagai pihak, termasuk tokoh lintas agama, ASN Kemenag, dan masyarakat umum.
Hal itu sebagai wujud pelestarian lingkungan yang sejalan dengan nilai keagamaan dan program Asta Cita Presiden Prabowo Subianto yang mengedepankan harmoni dengan alam dan antarumat beragama.
Kepala Kantor Kemenag Kota Jayapura, Hj. Ani Matdoan, S.Ag., M.M, mengatakan pohon Matoa dipilih dalam berbagai gerakan penanaman pohon di Indonesia karena melambangkan semangat kebersamaan dan memiliki makna simbolis yang kuat.
Dia juga mengatakan, Matoa adalah tanaman endemik Indonesia dari Papua yang tumbuh cepat, tahan cuaca ekstrem, dan dapat tumbuh hampir di seluruh wilayah Nusantara, sehingga menjadi simbol ketangguhan dan harapan hidup di kondisi sulit.
Selain itu, Matoa juga mewakili kesatuan, keragaman, dan kepedulian terhadap alam, sehingga menjadi persembahan Indonesia untuk dunia.
“Gerakan penanaman pohon matoa yang digagas Kementerian Agama tidak hanya aksi ekologis, tetapi juga spiritual, menyatukan berbagai elemen masyarakat dan tokoh agama dalam menjaga kelestarian alam dengan semangat kebersamaan dan tanggung jawab moral,” ujar Ani.
Dia juga mengatakan, pohon Matoa dipilih karena selain manfaat ekologis dan ekonomisnya, ia menjadi simbol kebersamaan, ketangguhan, dan harapan untuk masa depan yang hijau dan berkelanjutan di Indonesia
Program penanaman pohon yang digagas Kemenag mendukung ekoteologi dengan mengintegrasikan nilai-nilai keagamaan dan kepedulian terhadap lingkungan hidup.
Ekoteologi sendiri adalah cabang teologi yang mempelajari hubungan antara agama dan lingkungan, mendorong umat untuk bertindak bertanggung jawab menjaga alam sebagai bagian dari iman dan ibadah.
Melalui penanaman pohon di lingkungan rumah ibadah dan lembaga keagamaan, program ini membangun kesadaran ekologis berbasis nilai agama, sehingga pelestarian lingkungan menjadi bagian dari praktik keagamaan sehari-hari.
Kegiatan ini juga menjadi wujud nyata komitmen menjaga ciptaan Tuhan dan mendorong tindakan konkret dalam menjaga kelestarian alam sebagai pelayanan kepada Tuhan dan sesama.
“Program penanaman pohon ini memperkuat ekoteologi sebagai landasan spiritual dan moral untuk pelestarian lingkungan, mengajak umat beragama aktif berperan dalam menjaga bumi melalui aksi nyata yang berkelanjutan,” ujar Ani.
Dia juga mengatakan, Kementerian Agama Kota Jayapura berupaya memastikan keberhasilan program penanaman pohon melalui berbagai langkah strategis.
Diantaranya, perencanaan dan penganggaran, keterlibatan mitra keagamaan, kolaborasi lintas sektor, distribusi bibit, pemantauan berbasis geotagging, yaitu teknologi pelacakan menggunakan koordinat geografis, untuk memastikan keberhasilan program.
Selain itu, keterlibatan aktif, dan memastikan keberlanjutan program melalui pemeliharaan pohon dan integrasi isu lingkungan dalam kegiatan keagamaan.
Kakankemenag Ani berharap, masyarakat dapat berkontribusi dalam gerakan penanaman pohon dengan berbagai cara praktis, antara lain menanam pohon di halaman rumah atau lahan kosong yang dimiliki secara mandiri untuk membantu mengurangi jejak karbon.
Bergabung dalam program penanaman pohon komunitas atau gerakan hijau lokal yang rutin mengadakan penanaman massal secara gotong royong.
Menggalang teman, keluarga, atau komunitas untuk bersama-sama menanam pohon agar dampak lebih besar dan membangun rasa kebersamaan.
Selain itu, dukungan dengan berdonasi melalui platform yang menyalurkan dana untuk penanaman pohon di lokasi kritis, jika tidak bisa menanam langsung.
Menyebarkan informasi dan meningkatkan kesadaran tentang pentingnya penanaman pohon melalui media sosial, penyuluhan, atau kampanye lingkungan.
Merawat pohon yang sudah ditanam agar tumbuh sehat dan berkelanjutan, sehingga manfaatnya dapat dirasakan jangka panjang.
“Dengan langkah-langkah ini, masyarakat tidak hanya membantu penghijauan lingkungan tetapi juga menumbuhkan rasa tanggung jawab dan kebersamaan dalam menjaga bumi,” ujar Kakankemenag Ani.
Dia juga mengatakan, manfaat utama penanaman pohon Matoa meliputi aspek ekologis, kesehatan, dan ekonomi.
Aspek ekologis, yaitu pohon Matoa membantu memulihkan ekosistem, terutama di kawasan hulu sungai, mencegah erosi dan longsor, menyerap karbon dioksida serta menghasilkan oksigen yang penting untuk mengurangi dampak perubahan iklim.
Aspek kesehatan, yaitu buah Matoa kaya vitamin C dan E serta mengandung antioksidan yang dapat menurunkan risiko penyakit kronis seperti jantung, stroke, diabetes, dan kanker. Kulit buahnya juga memiliki sifat antibakteri yang efektif melawan bakteri penyebab infeksi saluran pernapasan dan kemih.
Aspek ekonomi, yaitu kayu Matoa dapat dimanfaatkan untuk bahan bangunan, mebel, perahu, dan arang. Buahnya juga bisa menjadi sumber pangan bernutrisi yang berpotensi meningkatkan ketahanan ekonomi masyarakat jika dibudidayakan secara berkelanjutan.
“Saya berharap penanaman pohon Matoa tidak hanya berkontribusi pada pelestarian lingkungan, tetapi juga memberikan manfaat kesehatan dan peluang ekonomi bagi masyarakat,” ujar Kakankemenag Ani.






