Kepala Bidang Kesiapsiagaan dan Pencegahan BPBD Kota Jayapura, Agustinus Ondi, S.Hut., M.Si foto bersama peserta dan narasumber pada kegiatan pelatihan mitigasi dan kesiapsiagaan kondisi membahayakan manusia orang tenggelam. (TIFAPOS/La Ramah)
Ringkasan Berita
• Membekali masyarakat dengan pengetahuan, keterampilan, dan sikap tepat untuk mengurangi risiko kecelakaan tenggelam.
• Menurunkan angka kecelakaan tenggelam dan meningkatkan rasa percaya diri masyarakat.
• Mengenali potensi bahaya seperti arus air, kedalaman, dan cuaca ekstrem.
BADAN Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Jayapura, Papua, menggelar pelatihan mitigasi dan kesiapsiagaan kondisi membahayakan manusia (KMM) orang tenggelam.
Kegiatan ini berlangsung di Gedung Serbaguna Kantor Kampung Holtekamp dari tanggal 8 s.d 9 Oktober 2025 diikuti masyarakat lokal, pemilik kafe/restoran dan pondok wisata di Pantai Holtekamp dan Pantai Base G, dengan narasumber BMKG Wilayah V Jayapura dan Basarnas Kelas A Jayapura, Papua.
Kepala Bidang Kesiapsiagaan dan Pencegahan BPBD Kota Jayapura, Agustinus Ondi, S.Hut., M.Si mewakili Plt. Kepala BPBD Kota Jayapura, Gerardus Ikanubun, S.Pi., M.Si menegaskan sebagai langkah strategis dalam meningkatkan keselamatan masyarakat, terutama di daerah rawan banjir, pesisir, dan wilayah dengan risiko kecelakaan air tinggi.
“Pelatihan ini dirancang untuk membekali masyarakat dengan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang tepat dalam menghadapi bahaya tenggelam serta mengurangi risiko kecelakaan yang dapat mengancam jiwa,” ujar Ondi.
Kesempatan tersebut peserta diajarkan mengenali potensi bahaya di lingkungan sekitar yang dapat menyebabkan tenggelam, seperti kondisi arus air, kedalaman, dan cuaca ekstrem.
Mereka belajar teknik dasar keselamatan di air, termasuk cara berenang yang benar, penggunaan alat pelampung, serta cara bertahan hidup saat terjebak di air.
Pelatihan ini juga melatih kemampuan memberikan pertolongan pertama pada korban tenggelam, seperti teknik resusitasi jantung paru (CPR) dan tindakan penyelamatan awal yang harus dilakukan hingga bantuan datang.
Selain itu, peserta mengikuti simulasi situasi darurat tenggelam untuk meningkatkan kesiapsiagaan secara nyata dan mempraktikkan langkah-langkah penyelamatan.
Sehingga dapat mengurangi angka kecelakaan tenggelam dan meningkatkan rasa percaya diri masyarakat khususnya peserta dalam menghadapi potensi bencana air.
“Masyarakat yang lebih siap dan tanggap, dampak kerugian jiwa dan materi akibat tenggelam dapat diminimalisir. Kami juga menyerahkan peralatan mitigasi bencana,” ujarnya.
Kepala Basarnas Kelas A Jayapura, Anton Sucipto, ST, berharap setelah selesai pelatihan, para peserta mampu mengaplikasikan seluruh teori dan keterampilan dalam penanganan kecelakaan, bencana, dan kondisi membahayakan manusia.
“Pelatihan sebagai tahap pembelajaran awal untuk memberikan bekal pengetahuan, keterampilan serta pembentukan sikap dan mental peserta agar dapat menghadapi dan mengantisipasi tugas pencarian dan pertolongan dengan lebih baik,” Kepala Basarnas.
Kepala Basarnas mengajak peserta untuk serius dan berhati-hati dalam pelaksanaan pelatihan agar mampu menghadapi kemungkinan tugas-tugas di masa depan dengan efektif.
Komisi B DPRK Kota Jayapura, Ngadino, A.Md., Tek, berharap untuk mendukung keberhasilan pelatihan, perlu adanya kolaborasi antara pemerintah, lembaga kebencanaan, sekolah, serta komunitas lokal.
Selain itu, kesadaran dan partisipasi aktif masyarakat sangat diperlukan untuk menciptakan lingkungan yang lebih aman dan tanggap terhadap ancaman tenggelam.
“Pelatihan mitigasi dan kesiapsiagaan tenggelam bukan hanya sebuah upaya edukasi, tetapi juga investasi penting dalam keselamatan publik yang mampu menyelamatkan banyak nyawa dan membangun masyarakat yang lebih resilien terhadap risiko bencana air,” ujar Ngadino.
Asisten I Setda Kota Jayapura, dr. Ni Nyoman Sri Antari mewakili Wali Kota Jayapura, Abisai Rollo, S.H., M.H mengharapkan masyarakat memanfaatkan dengan baik pelatihan dan peralatan mitigasi yang diberikan agar mampu melakukan evakuasi mandiri dan tanggap terhadap situasi darurat di wilayah pesisir.
“Sosialisasi dan pelatihan ini penting mengingat risiko tinggi bencana di Kota Jayapura, terutama terkait gempa bumi, tsunami, dan ancaman tenggelam karena letak geografis yang langsung berbatasan dengan laut lepas,” ujar Antari.
(ldr)






