Home / Warganet / Bimtek implementasi kurikulum di sekolah kampung

Bimtek implementasi kurikulum di sekolah kampung

TIFAPOS.id Pemerintah Kota Jayapura melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Bidang Kebudayaan menggelar bimbingan teknis (Bimtek) implementasi kurikulum di sekolah kampung.

Kegiatan yang berlangsung di Grand Abe Hotel Jayapura selama tiga hari dari tanggal 3 s.d 5 Juli 2025, merupakan kegiatan pelatihan untuk menjaga keberlanjutan budaya lokal sekaligus meningkatkan mutu pendidikan sekaligus menjaga keberlanjutan budaya lokal.

Selain itu, meningkatkan pemahaman guru dan tenaga pendidik dalam menerapkan kurikulum tersebut secara efektif sesuai konteks lokal terutama di Kampung Kayu Batu dan Kampung Tahima Soroma Kayo Pulau.

Bimtek ini meliputi materi pengenalan konsep kurikulum, pengembangan perangkat ajar, asesmen pembelajaran, dan strategi pembelajaran yang mendukung budaya lokal.

Dalam konteks sekolah kampung, bimtek tersebut dianggap sangat penting agar guru dapat menyesuaikan pembelajaran dengan potensi dan kebutuhan peserta didik di lingkungan mereka.

Kegiatan ini juga mendorong guru untuk berinovasi agar dapat mengelola pembelajaran yang relevan, kreatif, dan sesuai dengan kebutuhan lokal serta standar nasional pendidikan.

Serta, menerapkan pembelajaran yang berbeda sesuai karakteristik mereka, agar membuat pembelajaran lebih efektif dan inklusif di lingkungan sekolah kampung.

Ondoafi Kampung Tahima Soroma Kayo Pulau, Nicolas Youwe mengatakan, bimtek tersebut untuk peningkatan kapasitas sumber daya manusia di kampung.

Termasuk guru dan perangkat kampung, agar mampu mengelola pendidikan dengan baik, mengelola anggaran, dan menghadapi tantangan administrasi pemerintahan kampung.

Mendorong kolaborasi antar pemangku kepentingan pendidikan dan inovasi dalam pembelajaran, sehingga sekolah kampung dapat memberikan pendidikan yang inklusif dan berkualitas sesuai kebutuhan peserta didik di daerah terpencil atau perbatasan.

Dia berharap bimtek tidak hanya menjadi kegiatan sesaat tetapi berkelanjutan, memberikan manfaat nyata dalam peningkatan mutu pendidikan di kampung, serta membantu mengatasi kendala teknis dan administratif yang dihadapi sekolah dan kampung.

“Bimtek implementasi sekolah kampung sebagai bagian penting dari upaya peningkatan mutu pendidikan di kampung, yang mendukung terciptanya pendidikan berkualitas dan pengelolaan pemerintahan kampung yang lebih baik di bidang pendidikan,” ujar Youwe.

Pelaksanaan bimtek melibatkan berbagai pihak seperti guru, pengawas, dan masyarakat adat serta narasumber ahli dalam menyongsong Tahun Pelajaran 2025/2026.

Implementasi kurikulum di sekolah kampung menuntut guru untuk lebih adaptif, kreatif, dan kolaboratif dalam mengelola pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan unik peserta didik dan lingkungan mereka.

“Implementasi kurikulum di sekolah kampung mengedepankan pendekatan yang kontekstual, inklusif, dan menuntut guru untuk lebih adaptif, kreatif serta kolaboratif dalam mengelola pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan unik peserta didik dan lingkungan mereka,” ujar Kabid Kebudayaan Disdikbud Kota Jayapura, Grace L. Yoku, S.Pd., M.Pd.

Dia juga mengatakan, pendekatan pendidikan berbasis kearifan lokal yang menghubungkan pengetahuan akademik dengan kehidupan sehari-hari, meningkatkan penghargaan dan cinta terhadap budaya lokal.

Selain itu, mempersiapkan siswa menjadi individu yang menghormati keberagaman budaya dan berkontribusi pada pembangunan berkelanjutan.

Hal ini tidak hanya meningkatkan kualitas akademik, tetapi juga memperkuat identitas budaya dan keberlanjutan warisan lokal di tengah tantangan globalisasi.

Adapun materi yang diajarkan kepada peserta didik di Sekolah Kampung adalah tentang sembilan objek pemajuan kebudayaan, yaitu tradisi lisan, manuskrip, adat istiadat, ritus, pengetahuan tradisional, teknologi tradisional, seni, bahasa, dan permainan rakyat.

Contohnya, anak-anak belajar bahasa Kayu Batu dan Kayo Pulau, bermain peran dalam upacara adat, mengenal nama-nama benda sakral, memahami struktur sosial dalam upacara adat.

Selain itu, menghafal ucapan dan mantra, meresapi prosesi adat dari awal hingga akhir, permainan tradisional, kuliner, teknologi, religi, dan lainnya.

Di sinilah letak kekuatan Sekolah Kampung, karena anak-anak usia 10 s.d 17 tahun belajar bahasa sambil praktik, yang diajarkan langsung oleh masyarakat adat.

Meski dalam bentuk pendidikan nonformal, Sekolah Kampung diharapkan membantu generasi muda agar tetap mencintai dan menjaga kampung halamannya.

Diharapkan, melalui bimtek implementasi kurikulum sekolah kampung, pembelajaran yang diterapkan tidak hanya menguasai materi secara kognitif, tetapi juga menumbuhkan keterampilan berpikir kritis dan reflektif, yang relevan dengan konteks budaya setempat.

Selain itu, dapat memperkuat pendidikan yang berakar pada budaya lokal, meningkatkan profesionalisme guru, serta mendorong pelestarian dan pengembangan kebudayaan di tingkat sekolah dan komunitas sekitar.

Plt Sekda Kota Jayapura, Evert Nicolas Merauje, S.Sos., M.Si mewakili Wali Kota Jayapura, Abisai Rollo, S.H., M.H mengatakan peran kolaborasi masyarakat adat dalam implementasi kurikulum sekolah kampung sangat sangat dibutuhkan.
Kolaborasi antara sekolah dan masyarakat adat memungkinkan kurikulum disesuaikan dengan kondisi, budaya, dan kebutuhan desa sehingga pembelajaran menjadi lebih kontekstual dan bermakna bagi siswa.
Berbagi pengetahuan tradisional, keterampilan praktis, dan pengalaman yang kemudian diintegrasikan ke dalam kurikulum formal, sehingga siswa mendapatkan pembelajaran yang holistik dan berakar pada lingkungan sekitar.
Masyarakat, termasuk orang tua, berperan sebagai mitra sekolah dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi kurikulum, memberikan umpan balik, serta mendukung kegiatan belajar seperti ekstrakurikuler dan pelatihan keterampilan.
Organisasi masyarakat dan pemerintah desa dapat menyediakan ruang belajar, tutor, maupun dukungan material dan non-material yang membantu kelancaran implementasi kurikulum di sekolah kampung.
Kolaborasi ini menciptakan sinergi yang memperkuat komunikasi dan kerja sama antara guru, siswa, dan masyarakat sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif dan berkelanjutan.

Keterlibatan masyarakat, kurikulum dapat terus dievaluasi dan dikembangkan sesuai kebutuhan nyata, sehingga pembelajaran berdiferensiasi dan berorientasi pada pengembangan kompetensi siswa secara optimal.

Pemkot Jayapura berharap, melalui bimtek implementasi kurikulum di sekolah kampung dapat meningkatkan profesionalisme dan kompetensi guru dalam menjalankan kurikulum, yang lebih fleksibel dan sesuai kebutuhan peserta didik.

Selain itu, menguatkan kesiapan sekolah dalam menerapkan kurikulum secara bertahap, dengan dukungan pelatihan dan pendampingan dari dinas pendidikan dan narasumber ahli.

Terwujudnya pendidikan berkualitas yang mampu menghasilkan peserta didik kompeten dan berkarakter, sekaligus mengatasi tantangan pembelajaran di daerah terpencil melalui inovasi dan adaptasi kurikulum.

“Bimtek ini menjadi langkah strategis dalam transformasi pendidikan di sekolah kampung, sehingga mampu mendukung kemajuan pendidikan nasional secara menyeluruh,” ujar Merauje.

Kabid Kebudayaan Disdikbud Kota Jayapura, Grace L. Yoku, S.Pd., M.Pd mendampingi Plt Sekda Kota Jayapura, Evert Nicolas Merauje, S.Sos., M.Si foto bersama narasumber dalam kegiatan bimtek kurikulum sekolah kampung. (TIFAPOS/Ist)

Pemkot Jayapura juga mengharapkan kepala kampung dan pemerintahan kampung meningkatkan inovasi dalam pengelolaan sekolah termasuk anggaran agar anak-anak nyaman belajar dan memiliki karakter yang baik.

Anggaran sangat penting dalam sekolah kampung karena menjadi dasar pengelolaan sumber daya pendidikan yang efektif dan berkelanjutan.

Anggaran yang terencana dan memadai memungkinkan sekolah kampung menyediakan sarana dan prasarana yang memadai, seperti fasilitas belajar, bahan ajar, dan pengembangan siswa, sehingga kualitas pendidikan dapat meningkat.

Penganggaran kampung yang terintegrasi dengan rencana pengembangan sekolah dan puskesmas membantu meningkatkan layanan dasar pendidikan dan kesehatan secara sinergis di kampung.

Sebab, anggaran yang cukup, sekolah di kampung dapat memperoleh fasilitas dan kualitas pendidikan yang setara dengan sekolah di kota, sehingga hak pendidikan dapat dinikmati secara merata oleh seluruh masyarakat.

Selain itu, anggaran yang dikelola dengan efisien memungkinkan sekolah kampung memaksimalkan potensi lokal, seperti keterlibatan orang tua dan masyarakat sekitar, serta kemitraan dengan dunia usaha untuk mendukung pendidikan tanpa harus bergantung sepenuhnya pada dana eksternal.

Sesuai peraturan, minimal 20% dari anggaran desa (APBDes) harus dialokasikan untuk pendidikan, yang bisa digunakan untuk mendukung sekolah kampung dan lembaga pendidikan nonformal di desa.

Serta, optimalisasi anggaran penting untuk mengembangkan perpustakaan sekolah yang menjadi pilar penting dalam meningkatkan kecakapan literasi dan kualitas belajar siswa di kampung.

“Anggaran yang memadai dan dikelola dengan baik merupakan fondasi utama untuk memajukan pendidikan di sekolah kampung, memastikan layanan pendidikan yang berkualitas, merata, dan berkelanjutan bagi masyarakat kampung,” ujar Merauje.

Tag:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *